Sabtu, 9 Mac 2013

Perginya Insan Tercinta


Sebuah kisah cinta yang sebenar-benarnya untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan ini. 

Pagi itu, cuaca suram seolah-olah ada sesuatu yang akan berlaku. Angin bertiup gelisah tak tentu arah. Matahari terbit keberatan. Suasana sungguh sunyi sepi tanpa bunyi-bunyian hidupan padang pasir. Walaupun langit telah mulai menguning menerangi alam, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. 


Ketika itu....

Rasulullah dengan suara terbatas memberi khutbah.

"Wahai umatku..,kita semua adalah dalam kekuasaan Allah dan cinta kasihnya. Maka taati dan bertakwalah kepadanya..."

"Kuwariskan 2 perkara kepada kalian, Al-qur'an dan sunnahku.."

"Barangsiapa mencintai sunnahku, bererti dia mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku akan masuk syurga bersama-sama aku.."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu bakar menatap mata itu penuh berkaca-kaca, Umar dadanya turun naik menahan nafas dan tangisannya. Usman menghela nafas panjang, manakala Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.


Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba....

Rasulullah akan meninggalkan kita semua, keluh hati semua sahabat ketika itu.

Manusia tercinta itu hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat..

Ali dengan pantas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. 

Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Hari itu, matahari kian tinggi tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang dijadikan alas tidurnya.


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya penuh sopan. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. 

"Maaflah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup daun pintu itu.

Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada anak kesayangannya, Fatimah az-zahra.

"Siapakah itu wahai anakku?"

Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya, tutur Fatimah lembut.

Lalu Rasulullah menatap wajah puterinya itu dengan pandangan yang mengeletar, seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia, dan dialah malakul maut ", kata Rasulullah.

Fatimah tidak dapat menahan ledakkan tangisannya, Malaikat maut datang menghampiri Rasulullah, tapi Rasulullah menanyakan, kenapa jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilkan jibril yang sebelumnya sudah siap sedia di atas langit dunia untuk menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hak-ku nanti di hadapan Allah? ", tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti roh-Mu. Semua syurga terbuka luas menanti kedatangan mu", kata jibril.


Tapi, kata-kata jibril itu ternyata tidak membuatkan rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini? ", tanya jibril lagi.

"Khabarkan kepada ku bagaimana nasib umatku kelak? "

"Jangan khuartir wahai rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, "Kuharamkan syurga bagi siapa saja kecuali umat Muhammad telah berada de dalamnya", kata jibril ". 

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugasnya, perlahan-lahan roh Rasulullah ditarik, kelihatan seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

" Wahai Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini", perlahan rasulullah berkata.

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau memalingkan wajahmu, jibril ?", tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup melihat kekasih Allah dicabut ajal", kata jibril.

 Kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tiada tertahankan lagi.

" Ya Allah !!!, dahsyat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku".

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya seakan tidak bergerak lagi, bibirnya seakan hendak membisikkan sesuatu.

Ali segera mendekatkan telinganya,

    " Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
    " Peliharalah solat dan orang-orang lemah di antara kamu"

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir rasulullah yang mulai kebiruan.

    " Ummatii...Ummatii...Ummatii..."

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu..

    " Allahumma Sholli 'ala Muhammad, Wa baarik wasali'alaih"


Note: Kisah ini diambil daripada Video yang dikirimkan oleh Asyir' Ataillah Anet- detik pemergian...insan yang tercinta.


"Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutlah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa Mu" ( QS. Ali- Imran : 31)

"Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya" (HR al-Bukhari)


Kasihku kepada mu akan ku semai,
tiada yang bertaut di hati ini kecuali cintaku kepada mu.

Jikalau aku tidak setandingiMu ya Rasulullah, 
biarlah aku menjadi seakan-akan Abu bakar,
yang mencintaiMu melebihi dirinya sendiri

26 Rabiulakhir 1434

Tiada ulasan:

Catat Ulasan